Search
Close this search box.

Berita

/

Berita Terbaru, SDG 3, SDG 6

Tantangan Kedokteran Gigi dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan tantangan besar yang tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga berdampak signifikan pada sektor kesehatan, termasuk kedokteran gigi. Peningkatan suhu global, bencana alam yang lebih sering, dan perubahan kondisi cuaca ekstrem mempengaruhi cara tenaga medis, termasuk dokter gigi, menjalankan praktik mereka. Selain itu, kedokteran gigi juga menghadapi tanggung jawab besar. Diantaranya untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim demi kesehatan global yang lebih baik.

Salah satu tantangan utama kedokteran gigi dalam menghadapi perubahan iklim adalah dampak lingkungan dari limbah medis. Bahan-bahan seperti amalgam yang mengandung merkuri, alat-alat sekali pakai, serta limbah plastik dari sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya, semuanya berpotensi mencemari lingkungan. Proses pembuangan limbah medis ini sering kali membutuhkan energi tinggi. Proses tersebut juga memiliki risiko pencemaran kimia yang dapat berdampak pada kualitas air dan tanah. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi profesi kedokteran gigi untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan. Seperti daur ulang bahan, penggunaan alternatif yang lebih ramah lingkungan, dan pemilihan bahan yang dapat terurai secara alami.

Kedokteran gigi juga dihadapkan pada kebutuhan akan fasilitas dan peralatan yang lebih ramah lingkungan. Banyak peralatan di klinik gigi membutuhkan energi dalam jumlah besar, seperti alat sterilisasi dan pencahayaan khusus. Dengan meningkatnya biaya energi dan dorongan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dokter gigi perlu mempertimbangkan penggunaan teknologi hemat energi. Pemasangan pencahayaan LED, perangkat hemat energi, dan teknologi digital yang meminimalkan kebutuhan kertas dan bahan cetak dapat membantu praktik kedokteran gigi menjadi lebih berkelanjutan.

Peningkatan suhu dan perubahan pola cuaca akibat perubahan iklim juga membawa tantangan kesehatan bagi pasien. Misalnya, suhu panas ekstrem dapat meningkatkan risiko infeksi mulut dan gusi karena suhu yang lebih tinggi cenderung mendukung pertumbuhan bakteri. Selain itu, kondisi cuaca ekstrem seperti banjir atau kebakaran hutan dapat mengakibatkan keterbatasan akses bagi pasien untuk mendapatkan perawatan gigi. Hal tersebut terutama terjadi di daerah-daerah terpencil atau yang terkena dampak bencana. Kondisi ini menuntut tenaga medis untuk meningkatkan fleksibilitas dalam pelayanan. Diantaranya seperti menyediakan opsi telemedicine atau konsultasi jarak jauh untuk mengurangi keterbatasan akses selama kondisi darurat.

Selain dampak langsung terhadap lingkungan, perubahan iklim juga memperburuk beberapa masalah kesehatan mulut. Peningkatan suhu global dan tingkat polusi udara dapat memperparah alergi dan asma, yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan mulut. Pasien dengan masalah pernapasan sering kali harus bernapas melalui mulut. Hal tersebut menyebabkan mulut kering dan meningkatkan risiko gigi berlubang serta infeksi gusi. Oleh karena itu, dokter gigi perlu menyadari kaitan ini agar dapat memberikan perawatan yang sesuai dan memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mulut di tengah risiko lingkungan yang meningkat.

Untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, profesi kedokteran gigi dapat berkontribusi dengan menerapkan langkah-langkah berkelanjutan dalam praktik sehari-hari. Edukasi kepada pasien mengenai pola hidup sehat dan kebiasaan yang ramah lingkungan juga bisa menjadi bagian dari layanan kesehatan gigi. Misalnya, dokter gigi dapat menyarankan pasien untuk menggunakan sikat gigi bambu atau produk yang ramah lingkungan. Dapat juga dengan mengurangi konsumsi produk sekali pakai. Klinik gigi juga dapat mendukung upaya global untuk mengurangi emisi karbon dengan berpartisipasi dalam program “hijau” yang bertujuan mengurangi penggunaan listrik dan air, serta mengoptimalkan efisiensi energi di lingkungan klinik.

Secara keseluruhan, tantangan kedokteran gigi dalam menghadapi perubahan iklim memerlukan kesadaran yang lebih besar akan dampak lingkungan dari praktik medis sehari-hari. Dengan upaya untuk mengadopsi praktik berkelanjutan, mengurangi limbah, dan memberikan layanan yang responsif terhadap kebutuhan pasien di tengah situasi perubahan iklim, kedokteran gigi dapat berkontribusi pada kesehatan global yang lebih baik sekaligus mendukung keberlanjutan planet ini.

Tantangan dari perubahan iklim, seperti peningkatan risiko infeksi dan akses yang terbatas ke layanan kesehatan, mempengaruhi kesejahteraan pasien. Dengan mengatasi masalah ini, kedokteran gigi berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan secara menyeluruh yang turut mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-3. Selain itu kedokteran gigi yang berkelanjutan dapat membantu menjaga kualitas air melalui pengelolaan limbah yang lebih baik dan penggunaan bahan yang ramah lingkungan. Hal ini turut mendukung SDGs tujuan ke-6.

Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
21 Desember 2024

FKG UGM Peringkat 2 Indeks Produktivitas Pengelolaan SINTA

18 Desember 2024

FKG UGM Berikan Layanan Kesehatan Gigi untuk Buruh Gendong

17 Desember 2024

BKGN UGM 2024: Tingkatkan Kesehatan Gigi untuk Produktivitas

id_ID