Pengelolaan air hujan menjadi fokus utama dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya air. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), manusia setidaknya membutuhkan 50 liter per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Pengelolaan air hujan di dalam kampus merupakan bagian penting dari upaya menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya air. Fakultas Kedoketran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) berupaya untuk melakukan pemanfaatan air hujan sebagai sumber daya yang dapat digunakan kembali.
Buana Yaksa Surya Atmaja selaku Koordinator Sarana dan Prasarana FKG UGM mengatakan, saat ini sudah memasuki musim penghujan. Menurutnya pengelolaan air hujan di dalam kampus adalah langkah penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya air. “Melalui penerapan sistem drainase ramah lingkungan dan pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan non-potable, kita tidak hanya mengurangi risiko banjir tetapi juga berkontribusi pada efisiensi penggunaan sumber daya,” kata Buana (26/9).
Non-potable adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan air yang tidak aman atau tidak layak untuk diminum. Air non-potable bisa digunakan untuk keperluan lain seperti penyiraman taman, pembilasan toilet, dan pendinginan sistem HVAC, tetapi tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Penggunaan air non-potable membantu mengurangi ketergantungan pada sumber air bersih dan mendukung pengelolaan sumber daya air yang lebih berkelanjutan.
Buana mengatakan dengan sistem penampungan yang sederhana namun efisien, kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada air bersih dari sumber eksternal dan menurunkan biaya operasional kampus.
Pengembangan ruang hijau dan taman kampus juga menjadi bagian dari inisiatif ini. Taman dengan vegetasi yang beragam tidak hanya memperindah lingkungan kampus tetapi juga berfungsi sebagai penampung alami air hujan. Taman hujan (rain garden) akan menjadi solusi kreatif untuk mengelola air hujan dengan cara alami dan menambah nilai estetika di lingkungan kampus.
Terakhir, manajemen pengelolaan air hujan akan dilakukan dengan monitoring dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan sistem yang diterapkan berfungsi dengan baik. Data mengenai volume air yang tertampung dan efektivitas sistem drainase akan dianalisis secara berkala untuk peningkatan di masa mendatang.
Secara keseluruhan, kegiatan ini tidak hanya berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan ruang belajar bagi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam solusi-solusi lingkungan yang inovatif dan aplikatif.
Kontributor: Buana Yaksa Surya Atmaja | Foto: Freepik