Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) meneliti potensi bonggol buah nanas sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar gigi. Penelitian ini digadang-gadang dapat menjadi solusi yang lebih aman dan efektif dibandingkan dengan penggunaan Sodium hypoclorite yang umum digunakan sebagai bahan irigasi saluran gigi konvensional.
Irigasi saluran gigi konvensional adalah proses membersihkan saluran akar gigi menggunakan cairan khusus dan jarum kecil. Tujuannya adalah untuk menghilangkan bakteri dan kotoran yang bisa menyebabkan infeksi, sehingga gigi kita bisa sehat kembali.
Nadia Ayesha Salsabila dan timnya, yang terdiri dari Laksmi Aristha Bhanuwati, Fidela Desfitria Zahra, Wigya Aulia Nastiti, dan Alma Aura Iryandari, bimbingan Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes, Ph.D., mengkaji potensi bromelin yang terkandung dalam bonggol buah nanas terhadap viabilitas dan konfluensitas sel pulpa melalui uji toksisitas, uji viabilitas, dan uji antibakteri terhadap daya hambat biofilm E. faecalis.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bromelin tidak toksik terhadap sel pulpa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya viabilitas sel seiring dengan peningkatan konsentrasi. Aktivitas antibiofilm juga kian meningkat pada setiap konsentrasi,” tutur Alma.
Mengingat, saat ini karies gigi masih menjadi penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi karies di Indonesia mencapai 60–80% dari total populasi. Karies yang dibiarkan dapat berkembang menjadi penyakit pulpa, yang memerlukan perawatan endodontik seperti pulpotomi. Pulpotomi merupakan tindakan medis untuk mengatasi kerusakan pada bagian dalam gigi (pulpa) dengan cara memotong bagian yang sakit dan menutupnya dengan obat.
“Irigasi saluran akar gigi adalah salah satu tahapan penting dalam menunjang keberhasilan pulpotomi. Namun, bahan irigasi yang biasa digunakan, seperti Sodium hypoclorite, dapat menyebabkan efek negatif pada jaringan lunak jika digunakan dalam konsentrasi tinggi dan tidak hati-hati,” ungkap Nadia, Jumat (26/7).
Bromelin, enzim yang dapat ditemukan di seluruh bagian tanaman nanas, menjadi salah satu bahan yang berpotensi menggantikan Sodium hypoclorite. Bromelin diketahui memiliki aktivitas farmakologi seperti antibakteri spektrum luas, antiinflamasi, dan antikanker. Sebesar 70% dari tanaman nanas dianggap sebagai komponen yang tidak digunakan, termasuk bonggol buah nanas.
Ia menambahkan, “Indonesia adalah penghasil buah nanas terbesar ketiga di Asia Tenggara. Kami berharap bisa memanfaatkan potensi ini menjadi bahan farmakologis yang aman dan mudah dikembangkan,” pemanfaatan sisa-sisa bahan ini bisa menjadi terobosan efisien dan berkelanjutan.
Tim berharap hasil riset ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung pengembangan potensi bromelin sebagai alternatif pengganti Sodium hypochlorite, sehingga dapat digunakan oleh praktisi medis dan menjadi dasar bagi riset yang akan datang.Adapun, penelitian ini sejalan dan terus mendorong terbentuknya nilai-nilai pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terutama pilar 3 (Good Health and Well-Being).
Penulis: Pram | Editor: Fajar Budi H. | Visual: Fajar Budi H.
Foto: Tim PKM