Senyum dan semangat para lansia terlihat di Balai Kesehatan Lansia (BKL) Mugi Waras, Kelurahan Sendangagung, Rabu (21/5), saat Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan tim KKN PPM UGM Periode 1 Tahun 2025 Unit YO-046 secara resmi meluncurkan Sekolah Lansia. Program ini sebagai komitmen FKG UGM dalam meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pendidikan non-formal yang terencana dan berkelanjutan.
Peluncuran sekolah lansia ini diinisiasi oleh Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG UGM melalui skema Hibah Pengabdian kepada Masyarakat, bekerja sama dengan berbagai mitra strategis seperti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Fakultas Psikologi dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut UGM Prof Soedomo serta Pemerintah Kalurahan Sendangagung, Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan DIY, Dinas P3AP2KB, dan Yayasan Indonesia Ramah Lansia.
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG UGM, drg. Elastria Widita, M.Sc., Ph.D. menyebut sekolah lansia adalah bentuk pendidikan non-formal yang bertujuan mewujudkan lansia yang sehat, aktif, mandiri, produktif, dan bermartabat. “Kegiatan ini mengacu pada kurikulum BKKBN, namun disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan dikembangkan secara kolaboratif bersama berbagai mitra,” ucap Elastria.
Kelurahan Sendangagung dipilih sebagai lokasi pelaksanaan karena berada di Kecamatan Minggir, wilayah dengan rasio ketergantungan tertinggi di Kabupaten Sleman—daerah yang mencatat angka harapan hidup tertinggi di Indonesia. Sekolah Lansia hadir untuk memberdayakan para lansia, tidak hanya dalam aspek kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi, hingga lingkungan.
Program ini akan berlangsung selama enam bulan dan akan berakhir pada pada 27 November 2025. Pembelajaran dilakukan secara tatap muka dalam bentuk kelas besar dan kelompok kecil, serta melalui platform daring seperti WhatsApp Group. Materi yang diajarkan mencakup kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut, kesejahteraan mental, hingga keterampilan deteksi dini penyakit.
Apresiasi dari Mitra dan Pemerintah
Perwakilan dari Kemendikbudristek/BKKBN, dr. Iin Nadzifah Hamid, menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang digagas FKG UGM. “Kami berharap Sekolah Lansia di Minggir bisa menjadi contoh bagi daerah lain di DIY. Pendidikan sepanjang hayat ini sangat penting agar para lansia tetap sehat, tangguh, dan produktif,” ucapnya.
Direktur Indonesia Ramah Lansia, Dwi Endah Kurniasih, S.K.M., M.PH., juga menyambut baik kehadiran program ini. Ia menekankan bahwa sekolah lansia bukan sekadar ruang belajar, melainkan juga wadah untuk menjaga martabat dan memperkuat peran lansia dalam masyarakat.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas P3AP2KB Sleman, Dra. Dwi Wiharyanti, M.Si., menyoroti pentingnya program ini bagi Kabupaten Sleman, yang memiliki lebih dari 77 ribu lansia atau sekitar 15,8% dari total penduduk.
“Sekolah lansia adalah bentuk penghargaan terhadap lansia. Harapannya, mereka menjadi SMART—Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, dan Bermartabat. Kami juga mengapresiasi FKG UGM yang telah menambahkan modul kesehatan gigi dan mulut dalam kurikulum,” kata Dwi.

Model Pemberdayaan untuk Lansia yang Bahagia
Sekolah lansia yang diusung oleh UGM dilaksanakan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan bagi lansia melalui berbagai pendekatan untuk peningkatan kualitas hidup lansia. Sekolah ini dirancang untuk menciptakan keseimbangan yang optimal antara pilar ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dalam kaitannya dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan juga pendidikan berkualitas.
Program ini menyasar warga berusia di atas 60 tahun yang aktif dalam kegiatan BKL Sendangagung. Selain menyerap materi pembelajaran, para lansia juga akan terlibat dalam diskusi kelompok, simulasi keterampilan, hingga kegiatan berbasis komunitas.
“Dengan pendekatan interdisipliner dan partisipatif, kami berharap Sekolah Lansia menjadi model pemberdayaan yang tidak hanya menyehatkan secara fisik, tetapi juga membahagiakan secara psikis dan sosial,” tutup drg. Elastria.
Penulis: Fajar Budi Harsakti
Kontributor: Dept. Ilmu Penyakit Mulut