Kebiasaan menggigit bibir mungkin tampak sepele atau hanya dianggap sebagai respons terhadap stres atau kebosanan. Namun, jika dilakukan terus-menerus, kebiasaan ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mulut, termasuk merusak struktur gigi dan jaringan lunak di sekitarnya.
Dampak Kebiasaan Menggigit Bibir terhadap Kesehatan Mulut
Menggigit bibir, terutama bagian bawah, dapat menyebabkan luka berulang pada jaringan bibir, peradangan, serta gangguan fungsi bibir seperti inkompetensi bibir (ketidakmampuan menutup mulut dengan sempurna). Jika berlangsung dalam jangka panjang, kebiasaan ini juga bisa memicu perubahan posisi gigi, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan rahang dan gigi.
Kebiasaan menggigit-gigit bibir bawah dapat menyebabkan inkompetensi bibir yang berujung pada gangguan fungsi orofasial, termasuk kesulitan menutup mulut dengan sempurna. Hal ini diterangkan di dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Ani Subekti dengan bimbingan Dr. drg. Indah Titien S., S.U., Sp.KGA.(K)
Penelitian ini menunjukkan bahwa efek dari kebiasaan tersebut bukan hanya bersifat lokal, tetapi bisa memengaruhi struktur dan fungsi orofasial secara keseluruhan, termasuk posisi gigi dan kemampuan bicara.
Potensi Kerusakan Gigi akibat Kebiasaan Ini
- Perubahan Posisi Gigi
Tekanan berulang dari bibir ke gigi dapat menyebabkan pergeseran posisi gigi, terutama gigi depan bawah. Hal ini bisa menyebabkan maloklusi ringan hingga sedang. - Trauma pada Jaringan Lunak
Luka pada bibir yang berulang dapat berkembang menjadi iritasi kronis, luka terbuka, bahkan menyebabkan infeksi jika tidak dijaga kebersihannya. - Masalah Fungsi Mulut
Inkompetensi bibir akibat kebiasaan ini dapat memengaruhi kemampuan anak dalam menelan, berbicara, dan menjaga kelembapan rongga mulut. - Risiko Air Liur Berlebih (Drooling)
Ketidakmampuan menutup bibir dengan sempurna juga bisa menyebabkan air liur mudah keluar, yang menimbulkan ketidaknyamanan sosial dan risiko iritasi kulit di sekitar mulut.
Solusi dan Pendekatan Klinis
Dalam beberapa kasus yang cukup parah, dokter gigi atau dokter spesialis ortodonti dapat merekomendasikan penggunaan alat bantu seperti lip bumper. Alat ini berfungsi mencegah bibir bersentuhan langsung dengan gigi, sekaligus membantu melatih otot bibir agar dapat menutup dengan baik.
Lip bumper digunakan untuk menciptakan jarak antara bibir dan gigi, sehingga tekanan bibir terhadap gigi dapat dikurangi dan kebiasaan menggigit bibir bisa dihentikan.
Selain alat ortodontik, terapi perilaku juga penting untuk membantu anak menghilangkan kebiasaan menggigit bibir, terutama jika disebabkan oleh faktor psikologis atau neurologis seperti pada kasus cerebral palsy.
***
Kebiasaan menggigit bibir bukan sekadar kebiasaan ringan. Jika dibiarkan, dapat berdampak pada kerusakan jaringan lunak, perubahan posisi gigi, hingga gangguan fungsi orofasial secara keseluruhan. Oleh karena itu, deteksi dini dan intervensi yang tepat, baik melalui alat ortodontik seperti lip bumper maupun pendekatan perilaku, sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap kesehatan mulut anak.
Referensi
MKGI, Ani Subekti, Dr. drg. Indah Titien S., S.U., Sp.KGA.(K), Pemakain Lip Bumper pada Anak Cerebral Palsi dengan Kasus Drooling, Inkompetensi Bibir dan Kebiasaan Menggigit-gigit Bibir Bawah, https://journal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/15402
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik