Bone graft sering digunakan dalam kedokteran gigi maksilofasial untuk memperbaiki defek tulang setelah kejadian seperti kista, trauma, tumor, atau kehilangan gigi. Keberhasilan graft sangat dipengaruhi oleh volume tulang yang tersedia, stabilisasi graft, dan anatomi sekitar. Penilaian volume tulang dan karakteristik ruang graft secara akurat penting sebelum tindakan bone graft agar graft dapat menyatu dengan baik, mempercepat regenerasi, dan meminimalkan komplikasi.
Referensi Kasus
Dalam laporan kasus yang dipublikasikan di Majalah Kedokteran Gigi Klinik UGM, yang ditulis oleh mahasiswa FKG UGM, Sariyani Pancasari Audry Arifin, bersama Menik Priaminiarti, Chairunnisa Amarta, Heru Suryonegoro ditemukan bone graft sintetis berbahan Ceraform yang secara radiografis menyerupai odontoma compound pada regio anterior maksila. Pasien laki-laki berusia 63 tahun, dengan fistula di apikal beberapa gigi dan adanya bone graft serta dinding kista yang ditemukan dua tahun sebelumnya. Pemeriksaan CBCT digunakan untuk mengevaluasi massa tersebut sebelum tindakan kuretase. Pemeriksaan CBCT tampak massa hyperdensity hypodensity membulat, berbatas jelas dikelilingi pita radiolusen, terkortikasi, struktur internal hyperdensity menyerupai dentikel. Temuan ini menunjukkan bahwa CBCT mampu mengungkap karakteristik internal, batas, dan interaksi graft dengan jaringan sekitar secara tiga dimensi.
Peran CBCT dalam Penilaian Volume Tulang Sebelum Bone Graft
Berdasarkan kasus tersebut dan literatur tambahan, berikut aspek di mana CBCT sangat penting:
- Menentukan Volume dan Dimensi Ruang Graft
CBCT memungkinkan pengukuran 3D ruang tulang—tinggi, lebar, dan kedalamannya—serta pemasangan graft dengan orientasi yang pas. - Karakteristik Tulang Sekitar
Melalui CBCT dapat dilihat kondisi tulang kortikal (bukal dan palatal), apakah ada diskontinuitas atau defek tulang disekitarnya, serta kepadatan tulang. - Evaluasi Struktur Internal Graft
Kasus menunjukkan bahwa graft granules masih utuh dan struktur internalnya keras sehingga tampak seperti dentikel-serupa odontoma. Ini penting agar operator menyadari bahwa massa radiopak/hypodense bukan selalu lesi patologis, bisa jadi adalah graft lama yang belum terserap. - Perencanaan Bedah / Kuretase
Informasi dari CBCT membantu menentukan batas tindakan bedah, apakah graft perlu diambil kembali, atau bagian graft yang infeksi sekunder perlu dibersihkan. - Prediksi Komplikasi dan Keberhasilan
Kecocokan volume, tidak adanya infeksi, dan integrasi graft bisa diamati melalui CBCT. Kasus ini memperlihatkan bahwa rekurensi kista dan infeksi sekunder bisa menghambat integrasi graft.
Tantangan dan Akurasi
- CBCT memiliki kelebihan visualisasi tiga dimensi tanpa tumpang tindih struktur, tapi biaya dan akses mungkin terbatas.
- Resolusi dan voxel size perlu cukup baik agar struktur kecil (seperti granule graft) dapat tampak jelas.
- Paparan radiasi harus dikendalikan sesuai prinsip ALARA.
***
CBCT adalah alat diagnostik unggul dalam penilaian volume tulang sebelum bone graft. Kasus bone graft yang menyerupai odontoma compound menekankan bahwa gambaran radiografis dapat membingungkan tanpa informasi tiga dimensi. Dengan CBCT, dokter gigi dapat merencanakan graft dengan lebih akurat, menilai kondisi ruang graft serta tulang sekitarnya, dan memperkirakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi integrasi graft. Pemakaian CBCT sebagai bagian dari perencanaan bedah bone graft mendukung hasil klinis yang lebih baik dan sejalan dengan prinsip kesehatan, inovasi, dan keberlanjutan.
Referensi
MKGK, Sariyani Pancasari Audry Arifin, Menik Priaminiarti, Chairunnisa Amarta, Heru Suryonegoro, Gambaran bone graft menyerupai odontoma compound pada regio anterior maksila, https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/81953/40088
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik
