Seiring berkembangnya riset kesehatan menuju metode tanpa hewan uji, teknologi organ-on-a-chip kini hadir sebagai terobosan baru. Inovasi ini pertama kali dikenalkan di Indonesia melalui kegiatan Organ-on-a-Chip (Hands-on and Training) yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) bersama AZAR Innovations (11/11).
Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., selaku koordinator kegiatan menuturkan bahwa pelatihan ini menjadi langkah penting dalam mendorong riset yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan. “Ini merupakan pelatihan pertama di Indonesia tentang organ-on-a-chip, dan kami berharap bisa menjadi awal dari kolaborasi riset yang lebih luas,” ujarnya.
Ia menjelaskan Teknologi Organ-on-a-Chip (OOAC), yang berbasis sistem mikrofluida canggih, telah muncul sebagai platform inovatif dalam uji berbasis sel (cell-based assays) untuk penelitian fisiologis dasar maupun kedokteran regeneratif. Minat terhadap teknologi ini meningkat pesat karena kemampuannya memadukan bidang kimia, biologi, dan ilmu material untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai tissue engineering dan regenerative medicine.
Memahami Organ-on-a-Chip
Dr. Emre Dilmen, Managing Director AZAR Innovations, menjelaskan bahwa organ-on-a-chip merupakan teknologi yang meniru fungsi fisiologis organ manusia dalam skala mikro. Chip ini terbuat dari bahan transparan berisi saluran mikro tempat sel-sel manusia tumbuh dan berinteraksi di bawah aliran cairan yang menyerupai sirkulasi darah
“Teknologi ini memungkinkan peneliti mengamati reaksi biologis secara lebih akurat tanpa perlu menggunakan hewan percobaan. Aplikasinya sangat luas mulai dari pengujian obat, penelitian toksisitas, hingga studi penyakit kompleks,” jelas Dr. Emre.
Pada sesi hands-on, peserta berkesempatan mempraktikkan langsung cara kerja berbagai sistem dan teknik yang digunakan dalam penelitian organ-on-a-chip, antara lain syringe pump, peristaltic pump, pressure-driven pump, rocker perfusion, dan cell seeding. Melalui simulasi langsung, peserta belajar bagaimana mengatur aliran fluida, menanam sel di saluran mikro, dan mengamati dinamika seluler di dalam chip.

Andari Sarasati, peneliti di bidang oral soft tissue engineering, menilai organ-on-a-chip sebagai platform penelitian yang sangat menjanjikan di masa depan. Teknologi ini, menurutnya, mampu mengurangi penggunaan hewan coba sehingga membantu meminimalkan persoalan etika sekaligus meningkatkan kredibilitas serta efektivitas riset in vitro.
“Jaringan mukosa mulut memiliki potensi besar untuk dikaji melalui teknologi ini, terutama dalam memahami interaksi atau infeksi berbagai patogen di rongga mulut, sekaligus membuka peluang pengembangan obat-obatan baru di masa mendatang,” ucap Andari.
Sementara itu, Prof. Dr. Eng. Yusril Yusuf, S.Si., M.Si., M.Eng., selaku Kepala Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT UGM), mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini sebagai tonggak penting bagi UGM dalam memperkuat ekosistem riset interdisipliner.
Prof. Yusril menegaskan pentingnya menjaga keberlanjutan dari pelatihan ini. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat memperkuat jejaring riset internasional sekaligus memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, sehingga UGM semakin siap menghadapi tantangan riset global.
Penulis dan Fotografer: Fajar Budi Harsakti