Berita

/

Berita Terbaru

FKG UGM Beri Pelatihan untuk Kader School Health Program

Peran guru tidak hanya terbatas pada pendidikan akademis, tetapi juga mencakup upaya menjaga kesehatan fisik anak didiknya. Salah satu aspek penting yang sering terabaikan namun berdampak langsung pada kualitas hidup dan kemampuan belajar siswa adalah kesehatan gigi dan mulut.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) memperkuat komitmen di bidang ini dengan mengundang perwakilan sekolah dan panti asuhan dalam Pelatihan Kader School Health Program (ToT SHP). Kegiatan yang menjadi rangkaian utama Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2025 ini bertujuan mencetak agen perubahan di tingkat sekolah. Kegiatan ini dihadiri oleh 28 guru dari beberapa sekolah antara lain TK Aba Randu Belang, TK Aba Wono Catur, KB RA Bina Akhlak, KB RA Baiturrahmah, dan Panti Asuhan Muhammadiyah Prambanan.

Kepala Unit Pengabdian kepada Masyarakat FKG UGM, drg. Yosaphat Bayu Rosanto, M.D.Sc., Sp.B.M.M. (K), menegaskan pentingnya peran guru dalam mendukung target nasional bebas karies 2030. “Mengingat indeks kerusakan gigi anak (DMFT) rata-rata masih tinggi, guru adalah pilar utama yang bisa membantu menuntaskan masalah ini,” jelasnya. Ia menambahkan, FKG UGM akan mengadakan roadshow ke sekolah untuk pemeriksaan gigi, dan setiap sekolah mendapat kuota 10 siswa yang akan memperoleh perawatan gigi gratis pada Desember 2025 mendatang.

Pada pelatihan School Health Program, para guru diberi pemahaman seputar kesehatan gigi dan mulut. Bekti Nur Aini, S.Kp. G., M.P.H. menekankan pentingnya teknik menyikat gigi yang benar dengan metode “Merah ke Putih” (dari gusi ke gigi). “Menjaga kebersihan gigi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Kalau gigi sakit, akan memengaruhi kenyamanan, waktu, dan biaya. Karena itu, biasakan sikat gigi minimal dua kali sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur,” ujarnya.

Materi lain membahas fase perkembangan gigi serta kebiasaan buruk pada anak usia dini, seperti penggunaan botol susu (ngedot) di atas usia 2–3 tahun dan mengisap jempol. drg. Arif Rahman Setiawan menjelaskan bahwa kebiasaan tersebut berpotensi menyebabkan karies botol dan mengganggu pertumbuhan gigi permanen.

“Kita bisa mengamati perubahan pada area rongga mukut pada anak yang biasanya disebabkan oleh kebiasaan buruk yang dilakukan. Hal ini diantaranya adalah menggigit benda keras dalam mulut atau minum dot sampai usia lebih dari 3 tahun. Semakin menunda periksa gigi maka perawatan akan semakin rumit dan mahal,” ucapnya.

Antusiasme peserta tampak selama praktik sikat gigi menggunakan alat peraga. Para guru menyambut positif kegiatan ini yang dinilai relevan dengan kebutuhan anak didik. “Kegiatan ini luar biasa dan materi yang diberikan sangat aplikatif. Kami berharap ada pendampingan berkelanjutan dari FKG UGM,” ungkap Triono dari Panti Asuhan Muhammadiyah Prambanan.

Hal senada disampaikan Hanifatud Diniah dari RA Baiturrahmah. Menurutnya para guru perlu memahami Kesehatan gigi dan mulut guna diajarkan ke siswanya. “Kami merasa mendapat ilmu baru dari para ahli. Kesehatan gigi ini sangat penting dan memengaruhi segalanya. Semoga pengetahuan ini bisa segera kami terapkan dan kegiatan semacam ini tidak berhenti hanya sebagai acara tahunan,” tutupnya.

Reporter: Maria Shinta | Fotografer: Dody Hendro W. | Penulis: Fajar Budi Harsakti

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
19 Desember 2025

Mahasiswa Kedokteran Gigi FKG UGM Akan Dibiasakan Journal Reading

19 Desember 2025

Aplikasi Sistem Manajemen Klinik Gigi: Transformasi Digital Layanan Kesehatan Gigi

18 Desember 2025

Regenerasi Saraf (Nerve) pada Trauma Mulut

id_ID