Menggertakkan gigi atau bruxism, adalah kebiasaan yang sering terjadi tanpa disadari, terutama saat tidur. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini bisa membawa dampak serius bagi kesehatan mulut dan gigi jika dibiarkan tanpa pengobatan. Bruxism dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kecemasan, atau bahkan ketidaksejajaran gigi. Penting bagi kita untuk memahami dampak buruk dari menggertakkan gigi serta cara mencegahnya agar kesehatan mulut tetap terjaga.
Dampak pertama yang sering dialami oleh mereka yang memiliki kebiasaan menggertakkan gigi adalah keausan pada gigi. Gerakan menggertakkan gigi berulang kali, terutama dengan tekanan yang kuat, dapat menyebabkan lapisan enamel gigi menjadi terkikis. Ketika enamel mengalami keausan, gigi menjadi lebih rentan terhadap kerusakan, sensitivitas, dan bahkan gigi berlubang. Kondisi ini dapat membuat gigi lebih sensitif terhadap suhu panas atau dingin, yang bisa mengganggu kenyamanan sehari-hari.
Selain merusak enamel, kebiasaan menggertakkan gigi juga dapat menyebabkan masalah pada rahang. Bruxism yang tidak ditangani dalam jangka panjang bisa memicu gangguan sendi rahang atau temporomandibular joint (TMJ) disorder. Sendi ini berfungsi sebagai penghubung antara rahang dan tengkorak, dan beban yang terlalu besar dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, atau bahkan gangguan dalam membuka dan menutup mulut. Gangguan TMJ ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, karena menyebabkan ketidaknyamanan saat makan atau berbicara.
Lebih jauh lagi, menggertakkan gigi juga dapat menyebabkan nyeri wajah dan sakit kepala. Tekanan yang dihasilkan saat menggertakkan gigi pada malam hari bisa menimbulkan ketegangan pada otot-otot wajah dan leher. Hal ini sering kali menyebabkan sakit kepala yang terasa di pagi hari atau nyeri pada area sekitar rahang dan wajah. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas tidur, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kesehatan mental.
Stres dan kecemasan merupakan salah satu pemicu utama kebiasaan bruxism. Di tengah tekanan hidup sehari-hari, tubuh kadang secara tidak sadar mengekspresikan ketegangan melalui kebiasaan menggertakkan gigi. Karena itu, menangani stres dan menjaga kesehatan mental dapat menjadi langkah penting dalam mencegah bruxism. Melakukan relaksasi sebelum tidur, seperti meditasi atau pernapasan dalam, bisa membantu mengurangi ketegangan pada tubuh dan mengurangi risiko menggertakkan gigi saat tidur.
Menggertakkan gigi mungkin tampak seperti kebiasaan yang tidak berbahaya, namun dampak jangka panjangnya dapat merusak kesehatan mulut dan kesejahteraan secara keseluruhan. Jika kebiasaan ini sudah dirasakan mengganggu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter gigi atau spesialis untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Menggunakan pelindung gigi khusus saat tidur atau terapi manajemen stres dapat menjadi solusi efektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan menjaga kesehatan mulut tetap optimal.
Dengan meningkatkan kesadaran tentang dampak bruxism, berarti juga berkontribusi pada upaya global untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan yang baik, terutama melalui pencegahan dan perawatan dini.
Penulis : Rizky B. Hendrawan