Untuk dikenang tapi tidak untuk diulang, jas putih pertama, kaku, baru bersih, betapa berat jas itu terasa nanti. Kurang tidur, makan jam 16 saat klinik co ass sudah tutup, menggontong bawaan berasa pindahan, revisi tulisan belasan halaman. Untuk mendapatkan gelar yang sama, jalan yang kami tempuh berbeda-beda, “Setiap co-ass ada jeglongannya masing-masing” jeglongan artinya lubang di jalan yang dapat mengakibatkan kita tersandung bahkan terjatuh. Tidak ada satu pun orang yang co-assnya 100% mulus. Proses perjuangan, pengorbanan, & pembelajaran telah terbayar pada hari ini. Kini saatnya kita bertanggung jawab pada profesi kita sebagai dokter gigi, pada bidang apa yang akan kita pilih untuk melayani masyarakat.
Lebih dekat bersama drg. Tiffany Winata
drg. Tiffany Winata FKG UGM Angkatan 2019, berasal dari Medan Sumatera Utara, hobinya sederhana yaitu memasak untuk sehari-hari. Awalnya ingin kuliah kesehatan, mencoba beasiswa ke luar negeri, sampai tahap wawancara kedubes Jepang namun tidak diterima. Kalau kuliah di Indonesia seperti pilihan orang tua, Papa ingin di UGM, Mama ingin ke dokter gigi
Hal yang terkenang ketika pertama kali menginjakan kaki di FKG UGM awalnya merasa asing dan berbeda budaya pula karena pertama menginjakkan kaki di UGM dengan kultur jawa khas jogja Cerita unik waktu studi di FKG UGM, waktu ospek belum tahu Jogja, belum kenal budaya orang Jogja, sekarang drg, Tiffany sudah paham Bahasa Jawa secara pasif. Hal yang paling membekas adalah saat penelitian skripsi, jaga tikus di LPPT, penelitian skripsi, kelas di kandang tikus sambil zoom kuliah daring, dan pernah sampai dicakar tikus. Penelitian skripsinya mengenai jumlah makrofag di tikus model periodontitis & diabetes dengan ekstrak etanol bunga kecombrang dapat menurunkan kadar gula darah dan pembekakan gusi. Perjuangan tak selalu mulus, 8 tikus mati semua, gula darahnya terlalu tinggi. Umtuk laju penelitiannya harus membeli tikus lagi, dan berhasil, di hari ke 21 sembuh. Penelitiannya keseluruhan menghabiskan waktu 1 tahun (2 semester).
Selama kuliah semua lini kegiatan kampus diikutinya, ‘Jika kelak menjadi dosen, minimal saya mempunyai penelitian invivo,” kata dokter gigi muda kelahiran Medan ini. Penulisan (Karya Tulis Ilmiah) KTI dan publikasi, pengalaman untuk pengabdian, yang pernah menjadi asisten anatomi, ke manajerial juga pernah dijalaninya “Dulu saya ikut (Asia Pacific Dental Students Association) APDSA, event, middle year meeting 2021 menjabat sebagai kepala registrasi, konggres di Bali. Memimpin Badan Semi Otonom Denta Paramita, fokus ke penelitian, manajemen SDM, kegiatan, keuangan. Untuk sisi klinisi, selama co-ass saya belajar banyak, seperti ada kunjungan-kunjungan dari Universitas lain saya diminta mendampingi.” ujar drg. Tiffany.
Rencana setelah ini, drg. Tiffany akan melanjutkan internship. Ia mengatakan “Ketiganya saya sudah ada bekalnya, internship Kemenkes di DIY, selama 6 bulan. Kuliah di FKG UGM sudah dibekali dari awal untuk opsi akademisi, klinisi, manajerial jadi saya manfaatkan secara optimal. Saya fokus pada tujuan, saya berusaha konsisten disitu. Kemana arah dunia membawa, Jalani dengan sepenuh hati!”
Dari pengalaman co-ass-nya, berhubungan dengan masyarakat, merasakan pasien bahagia setelah dirawat, giginya menjadi rapi, bersih, membuat orang lain puas, dapat makan dengan baik, dapat tersenyum kembali dari hasil tangannya, membuat orang lain menjadi lebih percaya diri, lebih bahagia. Semua susah yang dilalui untuk melihat orang lain bahagia. drg. Tiffany terkesan saat di klinik anak dimana anak-anak beragam karakternya, ia merasa dipercaya merawat gigi seorang anak yang berharga bagi orang tuanya. Sebagai orang asing, dapat dipercaya karena integritas dan hasil kerja yang optimal.
Kedepannya, FKG UGM yang sudah sangat jauh maju dapat memperluas jejaring global, hal ini penting untuk melihat bagaimana denyut kehidupan fakultas kedokteran gigi di negara lain. Melihat dunia itu penting untuk menuju 5 dentistry di dunia. 5 stars dentist.
Penulis: Andri Wicaksono | Foto: Dok. Pelantikan Dokter Gigi