Berita

/

Berita Terbaru

Prof. Bundi, Belajar dengan Hati..

Menghela nafas panjang, matanya menerawang jauh, seakan kembali menelusuri lorong-lorong waktu yang telah ia lalui selama lebih dari satu dekade. “Saya baru benar-benar mengerti,” katanya perlahan, ‘bahwa membimbing mahasiswa bukan hanya soal ilmu. Itu soal hati’, kata Prof. Dr. drg. Widowati Siswomihardjo, MS yang akrab disapa Prof. Bundi disela-sela acara workshop penguatan karakter mahasiswa doktor/S3 dari segi akademik dan non akademik.

Kalimat itu bukan sekadar metafora, sepanjang perjalanan menjadi ketua Program Studi S3 FKG UGM, ia menyaksikan bagaimana pendidikan pascasarjana bukan hanya ruang akademik, melainkan medan pergulatan manusia—penuh rasa takut, kelelahan, kepanikan, ketidaksiapan mental, persoalan keluarga, hingga konflik dengan pembimbing. Prof. Bundi seperti sedang memutar sebuah album kompilasi, beberapa kisah klasik di lingkungan akademik, diutarakan dalam forum tersebut.

Ketika Mahasiswa Hampir Melompat ke Luar Negeri..

Salah satu kisah awal yang ia ceritakan adalah tentang seorang mahasiswa yang sedang studi di luar negeri. Promotornya, seorang profesor senior, pernah mengajak mahasiswa itu berdiri di lantai tertinggi gedung tempat mereka bekerja.

“Look outside,” kata sang profesor asing. “You live in a country like paradise. But you never know what’s happening outside.”

Promotor itu mengingatkan bahwa dunia luar penuh tantangan. Ia ingin mahasiswa Indonesia mengerti bahwa berkuliah di luar negeri bukan hanya soal deretan teori dan publikasi, tetapi juga persoalan hidup, adaptasi, keinginan untuk menyerah, dan godaan untuk melarikan diri dari realitas.

“Dia bilang pada saya, You have to guide your student with your heart,” kenang sang profesor. Dari sanalah ia belajar bahwa bimbingan akademik tidak pernah cukup tanpa empati.

Mahasiswa Religius yang Menggigil di Negeri Bersalju

Ada pula kisah seorang mahasiswa laki-laki yang taat beribadah dan berangkat kuliah ke luar negeri dalam kondisi masih lajang. Ia diwawancarai dengan profesor duduk di sampingnya, memberi dorongan semangat. Sebelum berangkat, sang profesor berpesan agar mahasiswa itu tetap menjaga ibadah namun tidak memaksakan diri.

Tiga bulan kemudian, promotor di luar negeri itu menghubunginya. Mahasiswa tersebut memaksakan puasa penuh di tengah musim dingin, berjalan ke masjid jauh di malam hari, hingga akhirnya kondisi fisiknya menurun drastis.

Please tell him to stop overdoing it,” pinta si promotor. Sang profesor menyampaikan dengan lembut bahwa menjaga kesehatan adalah bentuk syukur yang tak kalah penting. “Allah itu tidak kecil,” katanya pada mahasiswa itu. “Kamu hidup di sana pun sudah sebuah keberanian.”

Dua tahun kemudian, mahasiswa itu pulang membawa kabar lain yang tak kalah mengejutkan: ia hendak menikah dengan adik kelasnya. Ia tak punya cukup uang bahkan untuk cincin. Sang profesor membantu dengan uang pribadi. Kelak, ketika anak pertama pasangan itu lahir di luar negeri, sang istri ditolong oleh teman-teman lintas agama. “Orang itu baik tanpa melihat agamanya,” kata mahasiswa itu ketika pulang ke Indonesia—pelajaran hidup yang tak tertulis di kurikulum manapun.

Promotor Baik yang Berubah “Menjadi Iblis”

Kasus lain tak kalah pelik. Seorang mahasiswa enggan mengundurkan diri asalkan promotornya diganti. Padahal, promotornya itu ia pilih sendiri. “Dulu beliau baik waktu S2,” katanya. “Sekarang seperti setan.”

Konflik itu bergulir sampai ke rektorat. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa pecah menjadi ketidakpercayaan. Lagi-lagi sang kaprodi harus turun tangan, menjadi penengah, memediasi, meredam amarah, dan mengurai kusut yang bahkan tidak ia mulai.

Mahasiswa dengan Dua Kepribadian: Teriakan Tengah Malam

Namun, dari semua cerita yang ia tuturkan, yang paling menguras tenaga adalah seorang mahasiswa S2 langsung S3 yang ditetapkan promotor oleh departemen. Ia datang dari luar Jawa, tampak pendiam di luar, tetapi ketika stres, situasinya berubah ekstrem.

“Kita sering konsultasi malam hari,” kenang profesor itu. “Kalau dia panik, dia akan tiba-tiba teriak kencang—sampai suaranya menggema.”

Psikolog harus turun tangan bukan hanya untuk mahasiswa itu, tetapi juga untuk tim pembimbing. Mahasiswa tersebut kerap berbohong, mengubah data penelitian, hingga berpura-pura menangis. Dokter Retno bahkan sempat menjelaskan secara ilmiah perbedaan air mata asli dan air mata pura-pura.

“Kami sampai bingung, ini mahasiswa punya dua kepribadian atau bagaimana,” ujarnya. “Kadang kasihan, tapi kami juga harus tegas.”

Kisah-Kisah Lain yang Tak Terhitung

Dari mahasiswa yang kelaparan, yang keluarganya hancur karena perceraian, yang rumahnya dikepung perempuan-perempuan dari partai, hingga mahasiswa yang membawa sopir dan pembantu ke kampus namun tidak mampu membaca jurnal—semuanya pernah lewat di hadapannya.

Ada pula mahasiswa yang tidak pernah belajar di rumah karena memiliki balita, tetapi ingin cepat lulus tanpa kesiapan akademik. Ada yang datang dengan gaya aristokrat, disiapkan tasnya dan bukunya oleh asisten. Ada pula yang menangis karena merasa “tidak dimiliki siapa-siapa”.

Setiap hari menghadirkan cerita baru, dan tidak semuanya berakhir bahagia. Tapi setiap kisah meninggalkan jejak mendalam.

Sepuluh Tahun yang Tidak Mudah, Tetapi Memberi Arti

Profesor itu menutup kisahnya dengan kalimat yang tak pernah dilupakannya sejak hari pertama ia memegang jabatan kaprodi:

“Guide your student with your heart.”

Sepuluh tahun bukan waktu singkat. Ada yang berhasil, ada yang tersesat, ada yang butuh dipeluk, ada yang harus ditegur keras. Tetapi dari semua perjalanan itu, ia belajar satu hal: pendidikan pascasarjana bukan hanya tentang mencetak akademisi, melainkan menemani manusia menemukan & menghadapi dirinya sendiri.

Bagi sang profesor, itu adalah amanah yang tak akan pernah ia sesali….

(Reporter : Andri Wicaksono, S.Sos., M.I.Kom.  Foto: Fajar Budi Harsakti, SE)

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
8 Desember 2025

Hubungan Kanker Mulut dengan Kebiasaan Merokok

7 Desember 2025

Teknik Perawatan Scaling dan Root Planing Modern

6 Desember 2025

Orthodontic Miniscrews: Keamanan dan Efektivitas

id_ID