Berita

/

Berita Terbaru, SDG 3, SDG 4, SDG 9

drg. Tiffany: Setiap Co-Ass Ada “Jeglongannya” Masing-Masing

Jeglongan adalah lubang di jalan, yang dapat menyebabkan kita tersandung atau jatuh. Tidak ada satupun orang yang koasnya 100% mulus, tapi segala perjuangan, pengorbanan dan pembelajaran itu telah terbayar lunas hari ini. 

Setelah ini, kita akan memilih jalan kita masing-masing, terjun untuk melayani masyarakat, menentukan sendiri nantinya kita ingin dikenal dan diingat sebagai dokter gigi yang seperti apa. 

Semoga kita selalu ingat, jeglongan yang dulu kita lewati, yang pernah membuat kita tersandung atau bahkan jatuh itulah yang membawa kita menjadi dokter gigi yang berdiri tegak hari ini. 

Demikian cuplikan dari sambutan perwakilan dokter gigi baru periode Juli 2025 lalu, yang disampaikan oleh drg. Tiffany Winata.

Lebih dekat bersama drg. Tiffany Winata

drg. Tiffany (FKG UGM angkatan 2019) berasal dari Medan, Sumatera Utara. Hobinya sederhana, yaitu memasak untuk sehari-hari. Berawal dari ingin kuliah di bidang kesehatan, ia mengikuti seleksi beasiswa ke luar negeri, sampai tahap wawancara di Kedubes Jepang, namun tidak diterima. Ia membuat kesepakatan dengan orang tuanya, apabila kuliah di Indonesia, akan mengikuti pilihan mereka. Papa ingin UGM, mama ingin FKG. Melalui seleksi SBMPTN, akhirnya Tiffany masuk ke FKG UGM. 

Saat pertama kali menginjakkan kaki di FKG UGM, awalnya terasa asing, karena perbedaan budaya antara Sumatera dan Jawa, terutama di Jogja yang budayanya masih sangat kuat. Dari yang tidak tahu sama sekali dan sering bertanya ke teman, sekarang sudah lumayan paham bahasa Jawa, meskipun belum fasih untuk bicaranya. Pengalaman berharga yang dialami drg. Tiffany selama kuliah adalah penelitian skripsi. Jaga tikus di LPPT, zoom kuliah daring dikelilingi kandang tikus, sampai pernah dicakar dan bekasnya masih ada sampai sekarang. 

Penelitian skripsinya mengenai jumlah makrofag di tikus model periodontitis dan diabetes dengan ekstrak etanol bunga kecombrang, yang dapat menurunkan kadar gula darah dan pembengkakan gusi. Perjalannya tidak selalu mulus, saat pra penelitian 8 tikus mati semua, karena gula darahnya terlalu tinggi. Akhirnya mengulang dan berhasil, di hari ke-21 sembuh. Penelitiannya keseluruhan menghabiskan waktu 1 tahun (2 semester), dari awal mulai, penelitian, penghitungan jumlah makrofag, sampai sidang skripsi. 

Selama kuliah, semua lini kegiatan kampus diikutinya. “Dulu memilih penelitian itu karena siapa tahu kedepannya ingin menjadi dosen, minimal saya mempunyai pengalaman penelitian in vivo,” kata dokter gigi kelahiran Medan ini. Publikasi KTI (Karya Tulis Ilmiah) dan pengalaman mengajar sebagai asisten laboratorium anatomi juga pernah dijalaninya. 

Selain itu, drg. Tiffany juga menggunakan kesempatan selama kuliah di FKG UGM untuk melatih kemampuan manajerial. “Dulu saya ikut APDSA (Asia Pacific Dental Students Association) di 2 event, ada Mid-Year-Meeting 2021 dan Annual Congress 2023 di Bali. Untuk organisasi di kampus dulu sempat menjabat sebagai ketua umum badan semi otonom Denta Paramitha yang terdiri dari 5 departemen, jadi fokusnya berbeda-beda: ada penelitian, akademik, manajemen SDM, kegiatan, dan keuangan. Untuk persiapan menjadi klinisi selama koas saya belajar banyak, dan apabila ada kunjungan-kunjungan dari luar biasanya diminta mendampingi juga.”, ujar drg. Tiffany.

Rencana setelah ini, drg. Tiffany akan melanjutkan Program Internsip Dokter Gigi Indonesia (PIDGI) dari Kemenkes, selama 6 bulan. “Dari kuliah di FKG UGM sudah dibekali dari awal untuk opsi akademisi, klinisi, atau manajerial, jadi saya manfaatkan secara optimal. Kedepannya, kemana arah hidup membawa, dijalani dengan sepenuh hati!”.

Dari pengalaman koasnya, ikut pengabdian masyarakat, merasakan kebahagiaan pasien setelah dirawat, giginya menjadi rapi, bersih, dapat makan dengan baik, tersenyum kembali dan lebih percaya diri dari hasil kerjanya, drg. Tiffany sangat menikmati peran sebagai klinisi. Terutama di klinik anak, yang menurutnya paling menantang dari departemen lainnya. “Kadang tidak menyangka, orang tua mereka bisa mempercayakan anaknya dijemput, dirawat, padahal kita orang asing yang tidak kenal.”, ujarnya. Ia merasakan kepercayaan orang tua pasien, sehingga menjadi motivasi untuk mengusahakan perawatan yang sebaik-baiknya. 

FKG UGM sudah sangat jauh maju dibandingkan saat ia pertama masuk dulu, di tahun 2019. Kedepannya, semoga FKG UGM dapat memperluas jejaring global dan memperbanyak kesempatan untuk mahasiswa terekspos ke dunia luar kampus, terutama di negara lain. Melihat dunia itu penting, terutama untuk mencapai hasil lulusan yang diharapkan oleh FKG UGM, yaitu 5-star dentist.

Penulis: Andri Wicaksono | Foto: Dok. Pelantikan Dokter Gigi

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
28 Oktober 2025

Prof. drg. Suryono, SH., MM., Ph.D Menyampaikan Pandangan AFDOKGI Terkait UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

28 Oktober 2025

Dorong Kantin Sehat, FKG UGM Gelar Kegiatan Healthy & Sustainable Menu Labeling

27 Oktober 2025

Pendampingan Akreditasi Prodi Spesialis Penyakit Mulut FKG UGM

id_ID